Senin, 30 Mei 2016

10:14AM

Aku mulai rela pada apa yang dinamakan suratan takdir...

Hidup ku, kamu, dan dia bahkan tetap berjalan apapun yang terjadi..
Sehebat apa hati saling terpaut
Sehebat apa hancur meredam
Sehebat apa ketakutan memeluk erat
Hidup kita tetap melaju..
Kencang...

Kita sama sama tahu..
Ada gemuruh dalam dada masing masing
Yang sulit di keluarkan.
Aku, kamu, dia, tidak akan pernah tau pada siapa akhirnya hati jatuh se jatuh jatuhnya...

Sepenggal pertama

And all the roads we have to walk are winding
And all the lights that lead us there are blinding
There are many things that I would
Like to say to you
But I don't know how

Senin, 16 Mei 2016

Replay

Mereka melihat tawa
Mereka melihat pagi yang cerah
Mereka melihat dandelion putih yang menggemaskan...

Mereka buta !

Ada genangan pilu yang menggantung di sudut matanya, yang coba dia sembunyikan
Ada lubang menganga di dada nya, yang tidak bisa di tutup dengan cara apapun
Ada bayang kelam yang hinggap setiap matanya tertutup, yang membangunkannya sebelum fajar

Mereka lupa,
Dandelion bisa saja menggemaskan. Namun perlahan hilang diterpa angin...

-the reply from her, to herself

Dua

Aku mencintaimu hanya sebatas malam
Menerawang di balik awan hitam
Ranting tak lagi kokoh di genggaman
Entah, aku terjatuh luput dari kesadaran
Lalu suaraku meraung menggonggong
Mencari - cari lara yang hilang
Terkoyak - koyakan oleh rembulan
bayangmu menyulam kembali luka
Kasih, masih kuingat suaramu memanggil namaku
Masih kuingat selembut itukah matamu berbicara
Masih ku ingat kecupan rindu yang selalu ingin kudekap dirimu
Apa lagi yang bisa menahan semua itu ?
Kata cinta dan kerinduan kah ?
Ingin bibirku berbisik pelan di telingamu
Aku kan menunggumu hingga akhir jaman

3 am

Satu

Kelinci tua

Aku bagai kelinci yang terluka
Pincang menyurusi ladang
Terkadang meronta dan menahan
Busuk dalam jerami yang terbakar
Lalu kau berteriak...
Menghunus lenganmu berkali-kali
Menyergap seluruh kematian
Hangat api telah kebal di kulitku
Atau kah ini hangat pelukanmu ?
Seorang wanita selembut cahaya
Mentari pagi datang menghapus kabut
bersemilah, bersemi binar mataku
Dengan segelas susu kucing
Dan makanan yang sudah kusantap
Kembali Ketakutan memburu perlahan
Aku harus berlari, kencang
Berpuara2-pura tak tau diri
Tak ada yang boleh menyakitimu
Termasuk aku..

3 am

Jumat, 13 Mei 2016

Malam

Malam selalu tentang ketakutan
Perasaan cemas tak berkesudahan
Lalu kalut yang mulai menjadi selimut
...
Ada apa dengan malam
Gelapnya selalu mencongkel kenangan buruk
Menjadikan yang sudah lama tersimpan kembali menjamur dengan cepat
Mengerang,
Aku mengerang dalam diam
Ada sakit, ketakutan, dan cemas yang tak tersampaikan.
Menyangkut di kerongkongan..
Haruskah ku gorok untuk bisa berkembang dan tersampaikan ??